Pancarkan.com
Peristiwa

MUI Kota Surabaya Jelaskan Peran Ulama Dalam Membangun Masyarakat

KH. M. Syukron Djazilan (kiri) KH. Muhaimin Ali (tengah) KH. A. Muhibbin Zuhri (kanan)

Surabaya, Pancarkan.com-Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Surabaya menggelar acara Sarasehan bertema “Peran Ulama Dalam Membangun Kota Surabaya” yang dilaksanakan di Convention Hall Jl. Arif Rahman 131 Surabaya, Kamis (23/6/2022).

Hadir dalam kegiatan sarasehan tersebut Ketua Umum MUI Kota Surabaya KH. Abdul Muhith Murtadlo dan sebagai Narasumber, Dr. KH. A. Muhibbin Zuhri M.Ag dan Dr. KH. M. Syukron Djazilan Badri M.Ag, sebagai Moderator acara atau dipandu langsung oleh Sekertaris Umum MUI Kota Surabaya Drs. KH. Muhaimin Ali.

KH. Abdul Muhith Murtadlo memberikan sambutan

Dalam sambutannya, Ketua Umum MUI Kota Surabaya KH. Abdul Muhith Murtadlo, memberikan motivasi kepada peserta sarasehan. menurutnya, sebagai ulama Bunyai, Ustadz, Ustadzah atau tokoh agama harus mampu berdakwah ditengah masyarakat Surabaya yang majemuk ini.

“Itu sudah tertuang dalam QS. An Nakhl:125, yang intinya berdakwah mengajak manusia ke jalan Allah dengan ramah, dengan cara yang bijaksana, dan pitutur luhur sopan santun. Serta berdiplomasi yang baik, berdakwah bukan kaku atau memukul tapi merangkul, bukan mengejek tapi mengajak dengan arif dan bijaksana, sesuai situasi dan kondisi masing masing sebagaimana yang telah di contohkan Rasulullah SAW,” tutur Ketua Umum MUI Surabaya.

Hanya dengan cara demikian, tambah Kiai Muhith, dakwah akan mengenai sasaran dan ummat akan menjadi simpati sehingga dakwah bisa berhasil.

Selanjutnya, diisi dengan sosialisasi oleh narasumber yang menjelaskan terkait peran Ulama Dalam Membangun Masyarakat Kota Surabaya yang dijelaskan oleh KH. Achmad Muhibbin Zuhri. Diawali dengan pengertian ulama yang telah disebutkan dalam (QS. Asy-Syu’ara:197) dan (QS. Faathir:28) serta pendapat para ulama, diantaranya, Imam Mujahid, Hasan Basri, Ali ash-Shabuni, Ibnu Katsir dan Sayyid Quthub, yang pada intinya mengatakan bahwa Ulama adalah orang hanya takut atau rasa takutnya kepada Allah sangat mendalam.

“Dan orang yang senantiasa berpikir kritis akan kitab Al-Qur’an (yang mendalam maknanya) sehingga mereka akan Ma’rifat secara hakiki kepada Allah,” terangnya.

Sementara, pendapat para ulama yang lain, yaitu, Syekh Nawawi al-Bantani, Dr. Wahbah az-Zuhaili dan M. Quraish Shihab, mengatakan, bahwa menguasai segala hukum syara’ untuk menetapkan sahnya agama, baik penetapan sah I’tikad maupun amal syari’at lainnya.

“Serta secara naluri yang mampu menganalisa alam fenomena untuk kepentingan hidup dunia dan akhirat serta takut ancaman Allah jika terjerumus dalam kenistaan. Juga yang mempunyai pengetahuan tentang ayat-ayat Allah, baik yang bersifat kawniyyh maupun yang bersifat Qur’aniyyah,” papar KH. A. Muhibbin Zuhri.

Sehingga menurutnya, Ulama sebagai pewaris para nabi (Ibrahim al-Haffaji) yaitu dengan misi kenabian, melayani dan memberdayakan ummat>Shalahul-ummah (Sejahtera Lahir Batin). Kemudian terkait kolaborasi Ulama dan Umaro, yang mana Surabaya Metopolitan terkait problem dan tantangan, yakni tuntutan hidup, masyarakat sibuk dalam pekerjaan, persaingan tinggi, materialistik, kehidupan hedon, kenakalan dan kejahatan, fenomena kaum marginal, dan kekeringan spiritual.

Selanjutnya, hal senada juga disampaikan oleh KH. M. Syukron Djazilan Badri, terkait pengertian ulama, tentang eksistensi dan fungsi ulama sebagai pelayan ummat dan mitra pemerintah. Sehingga peran ulama dalam pembangunan, yaitu sebagai motivator, pembimbing moral, mediator dan controller.

“Artinya, dengan ketrampilan dan kharisma yang dimiliki harus berperan aktif mendorong suksesnya kegiatan pembangunan, berperan menanamkan prinsip etika, moral dan akhlaq kepada masyarakat dalam kegiatan pembangunan, baik secara pemikiran maupun suri tauladan,” jelasnya.

Kemudian, lanjut, KH. Syukron, harus berperan sebagai wakil masyarakat dan pengantar dalam menjalin kerjasama yang harmonis diantara banyak pihak dalam mensukseskan pembangunan. Sebagai bagian dari tugas amar ma’ruf nahi mungkar, dan juga berperan menjaga agar proses pembangunan tidak bertentangan dengan aturan agama dan negara.

Diakhir ulasan, Moderator acara Sekertaris Umum MUI Kota Surabaya KH. Muhaimin Ali, berharap dengan adanya kegiatan tersebut, semoga para ulama dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam cara cara berda’wah yang baik kepada masyarat. Sebagaimana yang telah dicontohkan Wali Songo dan para ulama terdahulu, yaitu berdakwah dengan cara koperhensif dan penuh simpatik sehingga seiring perjalanan waktu, Islam berkembang diseluruh pelosok bumi nusantara.  Sehingga masyarakat atau ummat merasa terbimbing dan terarahkan, dalam beribadah maupun interaksi sosial terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik.

“Dengan sarasehan ini kami mengimbau kepada para kiai bu nyai, ustadz-ustadz selalu menjadi motivator dan penggerak bagi ummat ditengah tengah kehidupan, serta selalu dapat bersinergi dengan para pemegang kebijakan (pemerintah) disemua sektor agar nantinya dakwah kita bisa berhasil dengan baik. Karena MUI adalah Shodiqul khukama’ yaitu mitra pemerintah dalam membangun ummat terhadap semua lapisan masarakat,” tegas Kiai Muhaimin.

Sebagian peserta foto bersama usai acara sarasehan

Kegiatan tersebut diikuti oleh segenap pengurus MUI kota, PC NU Ketua PD Muhadiyah, LDII, FKUB, BAZNAS, Muslimat Surabaya, Ketua dan Sekretaris MUI kecamatan se Kota Surabaya, MWC NU, PCM, para Kiai, Bu Nyai, Ustadz dan Ustadzah, dengan total undangan sebanyak 225 orang. (bah)

Related posts

Ketahanan Pangan Kodim Sumenep di Tinjau Danrem 084/Bhaskara Jaya

Koramil Kemlagi Shalat Tahajud Bersama Warga

redaksi

Percepat Vaksinasi Bangkalan, Kapolres Sidak di Kwanyar