Peta Elektabilitas Parpol dan Capres-Cawapres 6 Provinsi di Pulau Jawa

oleh
Kepuasan kinerja Presiden dan Wapres

Surabaya, Pancarkan.com – Prediksi di tahun 2024 gegap gempita pesta demokrasi di Indonesia akan berlangsung riuh, baik ditingkat nasional maupun ditingkat lokal yaitu daerah provinsi, kabupaten dan kota. Fenomena Pemilu serentak segera dimulai, yakni Pemilu nasional dan Pemilu lokal diselenggarakan di tahun yang sama yaitu tahun 2024.

Bila dihitung secara kalender tentu waktu yang tersisa secara penuh tinggal 497 hari atau 1,5 tahunan, bagi partai politik dan para kandidat peserta pemilu baik calon Presiden, calon anggota DPR RI, calon Gubernur, DPRD Provinsi, Bupati, Walikota dan DPRD Kabupaten/Kota.

Bertepatan dengan hal itu, The Republic Institute ingin menjadi bagian proses demokrasi ditingkat nasional maupun ditingkat lokal ini. Kehadiran The Republic Institute bertujuan untuk partisipasi publik sekaligus memberikan pendidikan politik kebangsaan, dengan cara kerja-kerja ilmiah dan akademik.

“Kami dari The Republic Institute ingin menjadi bagian proses demokrasi ditingkat nasional maupun ditingkat lokal ini. Kehadiran kami bertujuan untuk partisipasi publik sekaligus memberikan pendidikan politik kebangsaan, dengan cara kerja-kerja ilmiah dan akademik, yakni dengan melakukan penelitian perilaku memilih (voting behaviour),” kata Dr. Sufyanto selaku Peneliti Utama dari The Republic Institute, Selasa (04/10/2022).

Menurut Dr. Sufyanto, riset ini bersifat independen dan transparan, guna mengukur seberapa besar tingkat popularitas dan elektabilitas dari masing-masing calon kandidat partai politik, peserta pemilu dan aktor-aktor politik calon pemimpin menjelang dihelatnya penyelenggaraan pemilihan umum tahun 2024.

“Riset ini bersifat independen dan transparan, guna mengukur seberapa besar tingkat popularitas dan elektabilitas dari masing-masing calon kandidat parpol, peserta pemilu dan aktor-aktor politik calon pemimpin menjelang dihelatnya penyelenggaraan pemilihan umum di tahun 2024,” ujar Dr. Sufyanto.

Sedangkan jenis penelitian yang dilakukan adalah survei, teknik pengambilan sampel adalah Multistage Random Sampling dengan jumlah sampel keseluruhan sebanyak 1200 responden tersebar di 6 Provinsi di Pulau Jawa.

Kemudian sampel diturunkan dari Provinsi ke tingkat Kabupaten/Kota, lalu ke tingkat Kecamatan, dilanjutkan ke tingkat Desa lalu diturunkan ke tingkat RT, Rumah dan menentukan subjek penelitiannya. Berikut hasilnya:

1. Kepuasan Publik Terhadap Presiden dan Wakil Presiden

Kepuasan Publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin masing-masing 70,6% dan 52,6%. Masyarakat menilai kinerja presiden cukup memuaskan meskipun akhir-akhir ini terdapat isu-isu pemerintahan yang kurang sesuai dengan keinginan masyarakat seperti kenaikan bahan pokok yang meningkat. sedangkan kinerja wakil presiden dinilai belum memuaskan masyarakat karena kinerja yang Wapres lakukan kurang tampak di mata masyarakat.

2. Isu yang perlu cepat mendapatkan tanggapan

Isu seputar bahan pokok masih menjadi perhatian masyarakat. Terbaru, kenaikan harga BBM dirasakan hampir seluruh lapisan masyarakat. Sebanyak 31,5% masyarakat menganggap isu seputar bahan pokok (beras, gula, minyak, & BBM) merupakan isu yang paling perlu mendapatkan penanganan dari pemerintah. Selanjutnya isu pertanian (harga jual hasil panen & harga pupuk) di angka 13,0%, dan berikutnya isu pengangguran di angka 10,8%.

3. Popularitas dan Elektabilitas Partai Politik

Elektabilitas Parpol

Untuk melihat posisi popularitas partai, tampak sekali bagi semua partai yang memenuhi kursi di parlemen terlihat sangat signifikan popularitasnya, dimulai dari Nasdem (93,5%), Demokrat (97,4, %), PKS (93,2%), Golkar (95,4%), Gerindra (97,2%), PAN (88,9%), PDIP (96,3%), PKB (95,1%), PPP (78,2) Hanura (58,0%),PSI (46,5%), Perindo (77,7%), PBB (57,6%), PKN (10,0%), Garuda (15,9%), PKP (25,2%), Ummat (17,5%), Gelora (27,8%), Republik Indonesia (8,9%), Buruh (8,4%), Prima (6,2%), Republik (2,1%), Republik Satu (1,9%) dan Swara (1,5%).

“Dari data tersebut tampak bahwa partai-partai yang selama ini sudah terlibat di pemilu-pemilu sebelumnya memang sudah memiliki popularitas yang sangat tinggi, bahkan sampai hingga nyaris menyentuh angka 100%,” ungkap Dr. Sufyanto.

Sementara untuk partai-partai baru, yang kemungkinan besar baru mau ikut pemilu di tahun 2024 juga memiliki popularitas yang lumayan, meskipun tidak besar, seperti PKN, Gelora, Republik Indonesia, Partai Buruh dan Partai Ummat.

Disamping itu, untuk tingkat keterpilihannya (elektabilitasnya) masyarakat menempatkan pilihannya sebagai berikut: PDI-P (20,5%), Gerindra (12,8%), Golkar (12,2%), Demokrat (11,1%), PKB (9,3%), Nasdem (7,7%), PKS (7,5%), PAN (4,9%), PPP (4,1%), PSI (1,0%), dan Perindo (0,9%). Sedangkan terdapat beberapa partai dibawah angka 0,5% seperti Gelora, Hanura, PBB, PKN, dan Ummat. Sedangkan angka belum menentukan sebesar 7%.

“Dari data tersebut, dapat dijelaskan bahwa, persentase PDIP masih menjadi partai yang dominan. Kemudian Gerindra, dan Golkar, yang tidak kalah besar peningkatan suaranya adalah Partai Demokrat, Demokrat mampu menyodok di urutan keempat hasil survei, padahal kalau kita lihat di Parlemen, Demokrat urutan keenam setelah PDIP, Golkar, Gerindra PKB, dan Nasdem,” jelas Dr. Sufyanto.

Menurut Dr. Sufyanto, peningkatan Demokrat ini disebabkan oleh beberapa alasan, pertama, tokoh–tokoh Demokrat di wilayah dan daerah banyak yang bergerak di bawah menyapa publik, Demokrat berhasil mengkapitalisasi isu-isu perubahan dan perbaikan yang terus didengungkan seiring beban rakyat yang semakin tinggi di dalam kepemimpinan presiden Jokowi dan partai koalisi.

Kemudian apa yang menyebabkan pilihan itu terjadi, ternyata masyarakat Jawa tidak disebabkan hanya oleh satu variable saja yang kemudian mempengaruhi pilihannya, tetapi ada beberapa sebab yang mempengaruhinya yaitu sebagai berikut: tokoh partai (33,6%), ikut keluarga (15,4%), Lingkungan organisasi (14,1%), relawan (11,5%), idiologis (10,5%), ikut teman (5,7%), lainnya (5,7%)

4. Popularitas dan Elektabilitas Kandidat Calon Presiden

Untuk melihat popularitas aktor politik yang potensial untuk berkompetisi dalam pemilihan presiden mendatang tahun 2024, tampaknya masih didominasi oleh tokoh-tokoh partai dan pejabat publik, sebagaimana posisi mereka tergambar dari pandangan masyarakat berikut:

Prabowo Subianto (94,7%), AHY (91,2%), Anies Baswedan (90,7%), Sandiaga Uno (90,0%), Ganjar Pranowo (89,0%), Ridwan Kamil (88,0), Puan Maharani (85,3%), Erick Thohir (81,1%), Muhaimin Iskandar (74,5%), Khofifah (73,7%), Airlangga Hartarto (71,1%), dan Andika Perkasa (65,2%).

Popularitas diantara calon Presiden terjadi lebih karena jabatan dan ketokohan calon yang bersangkutan, seperti Prabowo adalah seorang Menteri & ketua partai Gerindra sekaligus calon presiden pada tahun 2019, kemudian  Anies, Ganjar, Ridwan Kamil dan Khofifah sebagai Gubernur, kemudian Puan, Muhaimin sebagai Pimpinan Partai dan Pimpinan DPR RI, Erick Thohir dan Sandiaga sebagai Menteri, Andika Perkasa sebagai panglima TNI, Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar dan Menko Perekonomian dan AHY, Ketua Umum Partai Demokrat, yang belakangan dianggap sebagai pemimpin alternatif dari pihak oposisi.

Sementara itu untuk tingkat keterpilihannya (elektabilitasnya) bagi aktor-aktor politik potensial di Jawa yang berpeluang ikut dalam kontestasi dalam pemilihan Presiden mendatang apabila pilihannya sekarang maka hasil yang didapatkan sebagai berikut:

Ganjar (24,7%), Prabowo (19,6%), Anies Baswedan (16,9%), AHY (4,1%), Muhaimin (3%), Ridwan Kamil (3%), Airlangga (2,4%), Erick Thohir (2,2%), Puan maharani (1,9%), Andika (0,3%), Sandiaga (0,3%), Khofifah (0,2%), dan yang belum menentukan (20,8%). Sebagaimana table berikut:

Elektabilitas Capres

Dari tabel di atas, tingginya suara Ganjar bisa dijelaskan bahwa Ganjar sangat mendominasi dari sisi elektabilitas, hal ini terjadi karena, Ganjar diidentifikasi oleh masyarakat Jawa terutama Jawa Timur dan Jawa Tengah adalah sosok yang memiliki kepribadian dan jiwa kepemimpinan seperti Jokowi.

Alasan lain elektabilitas Ganjar tinggi, karena sering muncul di media sosial, terutama televisi dan Youtube, baik saat berkunjung ke lapangan maupun menyelesaikan masalah-masalah yang ditemukan di lapangan. Tingginya suara Ganjar juga disebabkan karena penampilannya yang dianggap low profile merakyat, misalnya sering langsung masuk warung dan ikut makan bersama-sama dengan masyarakat lain yang ada di warung.

Elektabilitas Prabowo yang masih dibawah ganjar, dikarenakan Prabowo 3,5 tahun terakhir sebagai menteri dirasa belum menyelesaikan masalah-masalah di masyarakat, termasuk Prabowo jarang turun ke masyarakat untuk menyapa dan termasuk gebrakan terkait kebijakan yang pro-rakyat di masyarakat juga tidak begitu bisa dirasakan.

Begitu juga elektabilitas Anies yang tergolong tinggi, orang mempersepsikan Anies selaku pejabat publik Gubernur DKI Jakarta ibu kota Negara adalah seorang pemimpin yang cerdas, smart dan berhasil memimpin pembangunan Ibu kota Negara yakni DKI Jakarta.

Sebagai calon presiden yang belum memiliki basis pemilih partai politik saat penelitian ini dilakukan tentu Anies adalah calon presiden yang fenomenal karena seiring dicalonkan oleh partai politik maka Anies akan dapat limpahan suara pilihan dari pemilih parpol yang mengusungnya.

5. Simulasi Pilpres dan Cawapres

The Republic Institute memiliki simulasi calon presiden dan Wakil Presiden pada pemilu 2024, sesuai pilihan masyarakat se Jawa, dalam hal ini The Republic Institute menyajikan 4 Pasangan bila dihitung dari potensi poros partai politik pengusung sesuai kursi di parlemen, yang menurut kami layak dan kemudian kami tanyakan kepada masyarakat secara langsung tentang pilihanya. Antara lain:

Anies-AHY memiliki tingkat keterpilihan (21,8%), Ganjar-Airlangga (23,5%), Puan-Andika (8,1%), dan Prabowo-Muhaimin (19,4%).  Kemudian yang belum menentukan masih sebesar (27,2%).

Kemudian The Republic Institute juga memiliki simulasi dengan 3 pasangan capres-cawapres, angka persentase dapat dilihat sebagai berikut;

Anies-AHY (28,7%), kemudian Ganjar-Puan (27,6%), dan disusul Prabowo-Muhaimin (22,4%), serta yang belum menentukan (21,3%). Tingkat belum menentukan menyusut karena masyarakat menilai idealnya capres dan cawapres adalah 3 pasangan. Kemudian dapat dilihat ada kenaikan grafik pada Anies-AHY, hal ini karena pendukung dari Andika (pada simulasi 4 pasangan) banyak yang bergeser ke pasangan Anies-AHY.

Lalu pada simulasi 2 pasangan capres-cawapres yang menampilkan pasangan Anies-AHY dan Ganjar-Puan. angka persentase Anies-AHY lebih unggul daripada Ganjar-Puan. Anies-AHY memiliki angka (44,3%) dan Ganjar-Puan (38,9%), kemudian yang belum menentukan (16,8%). Potensi terbuka lebar karena pendukung Prabowo menilai kelayakan pada presiden itu ke Anies Baswedan dan AHY mampu melengkapi sebagai pasangan yang Ideal.

Sedangkan pasangan Ganjar-Puan dengan persentase tersebut karena muara suara dari pasangan tersebut sama. Kemudian puan sebagai wakil calon presiden belum mampu meningkatkan suara bersama ganjar.

Temuan risetnya bila dilihat dari sebaran elektabilitas bagi kandidat pasangan calon presiden-wakil presiden ini dapat dibaca pada dukungan dari pemilih partai politiknya. Temuan itu sebagai berikut:

1. Anies-AHY dipilih oleh masyarakat dari pilihan partai politik; Golkar (38,3,) PKB (38,9%), Demokrat (66,7%), PDIP (3,7%), Gerindra (40,9%), Nasdem (44,3%), PKS (57,8%), PAN (62,3%), PPP (54,4%)

2. Ganjar-Puan dipilih oleh masyarakat dari pilihan partai politik; Golkar (43,4%) PKB (51,1%), Demokrat (13,7%), PDIP (58,7%), Gerindra (46,1%), Nasdem (35,6%), PKS (26,3%), PAN (27,7%), PPP (31,1%)

“Semua proses pengambilan sampel (wawancara) dilakukan mulai tanggal 28 Agustus hingga 12 September 2022, dengan Margin of Error sebesar 2,8 %,” pungkas Dr. Sufyanto selaku Peneliti Utama dari The Republic Institute. (zal)

No More Posts Available.

No more pages to load.