Surabaya, Pancarkan.com – Pelan namun pasti, komunitas Wartawan Usia Emas (Warumas) menerbitkan Buku Antologi Puisi edisi ke-5, bertajuk “Bunga Rampai Suara Nurani”. Peluncuran buku ini diadakan di Balai Wartawan “A. Azis”, Jl Taman Apsari 15-17 Surabaya, Rabu (06/03/2024) sekaligus merupakan rangkaian dari perayaan Hari Pers Nasional 2024 dan HUT ke-78 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur ke-78.
Buku setebal 184 halaman tersebut memuat karya puisi 12 anggota Warumas, yakni: Achmad Pramudito (iniSurabaya.com), Amang Mawardi (ex Harian Pos Kota dan penulis beberapa buku), Aming Aminoedhin, Arieyoko (ex. ketua PWI Bojonegoro), Imung Mulyanto (ex. Surabaya Post & Pimred Arek TV Surabaya), H. Karyanto (arekmemo.com), Kris Maryono (ex. RRI Surabaya dan Ketua Warumas), Mudjianto (kirana.com), Rokim Dakas (jatimkini.com), Shanty Nicholas (dosen & ex. Bisnis Indonesia), Sasetya Wilutama (prapanca.id) dan Toto Sonata (ex Suara Indonesia & Tabloid Nyata).
Selain 12 wartawan senior tersebut, sejumlah tokoh wartawan senior, budayawan dan politisi juga ikut terlibat sebagai penulis tamu. Antara lain: Buyung Asmoro Pribadi (ex TVRI Surabaya), Tjuk Suwarsono (ex. Surabaya Post), Oki Lukito, Riamah M. Douliat (wartawati senior & owner ESSA Ecoprint Collection), HM Yousri Nur Raja Agam, Machmud Suhermono (Wakil ketua PWI Jatim), Henri Nurcahyo (budayawan) dan Imawan Mashuri (Ketua Yayasan Pendidikan Wartawan Jawa Timur yang membawahi Stikosa-AWS). Dipandu Dr Eko Pamuji (Sekretaris PWI Jatim & Dosen Unesa) dalam kata pengantarnya, akan menggiring pembaca menyimak suara nurani para wartawan usia 50 tahun keatas yang terkumpul dalam buku antologi puisi ini.
Yang menarik, pembacaan karya puisi dalam buku Antologi tersebut berlatar belakang karya pelukis Jansen Jasien, yang bertema “Jelajah Peradaban Leluhur”. Ada puluhan karya pelukis beraliran ekspresionisme tersebut yang dipamerkan di tempat yang sama. Lima buah lukisan ukuran besar ditaruh berjajar, menggambarkan sejarah Kerajaan Majapahit, lengkap dengan beragam ornamen puluhan keris, tumbak dan tempat sesaji. Puluhan lukisan berbagai ukuran bertebaran di area tamu undangan. Pameran lukisan tunggal karya pelukis kelahiran Gresik tersebut juga merupakan rangkaian dari HUT ke-78 PWI Jatim. Suara nurani pelukis Jansen Jasien seolah menyatu dalam gelaran baca puisi yang dibaca oleh masing-masing penulisnya.
Dalam kata sambutannya, Ketua PWI Jatim, Lutfi Hakim mengatakan, filosofi karya pelukis memang ada kaitannya dengan kinerja wartawan. Aliran pelukis Jansen goresan kanvasnya liar dan bebas. Hal ini ada kesamaannya dengan goresan puisi karya komunitas Warumas, yakni berimprovisasi mengolah kata sebebasnya namun masih dalam garis dan konteks jurnalistik, yang diikat oleh Kode Etik Jurnalistik.
Hal ini terlihat dari karya-karya puisi dalam buku antologi puisi ini. Sebagian besar penulis menyuarakan demokrasi dengan sudut pandang masing-masing, namun dengan kematangan selama puluhan tahun menjadi wartawan, karya-karya puisi mereka tetap dalam koridor jurnalistik.
“Tidak semua jurnalis bisa menulis puisi dan saya sangat mengapresiasi penerbitan buku antologi puisi ini,” ungkap Cak Item, panggilan akrabnya.
Apresiasi yang sama juga disampaikan oleh wartawan senior Amang Mawardi (72) yang juga sesepuh komunitas Warumas. Amang menyatakan apresiasinya yang tinggi terhadap PWI Jatim yang memberi wadah luas bagi pengembangan seni budaya di Jawa Timur. Amang menyebut, dalam perayaan HUT PWI Jatim ke-78 ini, selain pameran lukisan juga diadakan pagelaran musik bertajuk Prapanca Jazz oleh musisi Jatim pada awal Pebruari lalu.
“Ini membuktikan PWI Jatim sangat peduli terhadap perkembangan seni budaya di Jawa Timur,” ujar Amang.
Bermula dari Obrolan di WAG. Mengamati perjalanan karya komunitas Warumas ini cukup menarik. Ide untuk membuat buku antologi puisi ini bermula dari obrolan di grup WA. Walaupun secara kedinasan, banyak para wartawan yang sudah pensiun dari perusahaan media, namun semua anggota bertekad untuk menolak pensiun berkarya. Terus berkarya, khususnya karya puisi. Dan lahirlah buku Antologi Puisi seri pertama, bertajuk “Kutulis Puisi Ini” yang rilis bulan Pebruari 2022 di kampus Untag Surabaya. Dan secara berkala disusul oleh penerbitan buku Antologi Puisi seri selanjutnya dengan lokasi peluncuran buku yang berbeda.
Dari hal sederhana, penerbitan karya puisi itu juga memantik semangat anggota Warumas untuk terus berkarya. Secara perseorangan, beberapa anggota termotivasi untuk menerbitkan karya sendiri. Misalnya, Imung Mulyanto, pada November 2023 sudah merilis karya novelnya “Simfoni Di Ujung Senja” dan kini sedang menyelesaikan novel keduanya. Amang Mawardi, menerbitkan lagi buku karya terbarunya berupa kumpulan essai dan antologi puisi tunggal. Achmad Pramudito, pada akhir Januari 2024 lalu juga menerbitkan karya bukunya “Jurnalis, Cinta & Kehidupan”.
“Beberapa anggota juga bersiap menyelesaikan karya bukunya masing-masing,” pungkasnya. (riz)