
Gresik,Pancarkan.com-Wisata Alam Setigi kependekan dari (Selo Tirto Giri) merupakan wisata yang dibangun atas partisipasi masyarakat Desa Sekapuk. Area lokasi tersebut dulunya bekas galian tambang kapur dan juga tempat pembuangan sampah, yang kini sudah disulap menjadi destinasi wisata alam yang indah dengan berbagai wahana, diantaranya kolam renang dan sepeda air.
Wisata Setigi merupakan potensi yang terus dikembangkan guna membantu perekonomian warga Sekapuk dan sekitarnya. Setelah berhasil menyulap daerah tambang batu kapur menjadi destinasi wisata, Desa Sekapuk kembali menyuguhkan tempat wisata baru yaitu agrowisata Kebun Pak Inggih (KPI), dimana wisata tersebut beda dengan sebelumnya, namun juga menjadi destinasi wisata ke dua di Desa Sekapuk.

Kebun Pak Inggih merupakan agrowisata yang sesuai dengan namanya bertemakan pertanian. Menurut Kades Sekapuk Abdul Halim, wilayah Sekapuk merupakan daerah kapur maka tidak sembarang tanaman dapat tumbuh subur. Seperti halnya dilokasi KPI lebih banyak tanaman buah-buahan yang ditanam untuk menghiasi lahan tersebut.
Kendati demikian, untuk menambah keindahan lokasi tak hanya tanaman buah-buahan saja diarea tersebut juga terdapat kolam renang, kolam ikan koi, wahana Bianglala ketinggian 24 meter, Kotik nusantara ada 17 dengan berbagai model rumah adat dengan kenyamanan dan keistimewaan, untuk edukasi siswa siswi sekolah dengan mengenal ribuan pohon dan ratusan jenis yang ditanam di agrowisata Kebun Pak Inggih, sekaligus juga terdapat peternakan dan lokasi pemancingan ikan air tawar.
Agrowisata KPI berada di Desa Sekapuk, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik dan lokasinya searah dengan wisata Bukit Kapur Sekapuk Setigi. Dimana KPI saat ini masih soft opening sejak tanggal 2 Februari 2022, mengingat KPI adalah wisata ke dua setelah Setigi yang dibangun dengan swadaya pada saat pandemi tahun 2021 lalu.
“Kebun Pak Inggih adalah agrowisata milik desa, kami berdiskusi bersama saudara senasib yaitu para KaDes dan jajarannya, yang kebetulan hari ini didampingi oleh Babinsa setempat serta bidan desa dan kader. Terimakasih atas pilihan desa Sekapuk yang dijadikan sebagai rujukan lokasi dan tempat diskusi untuk memajukan desa,” ungkap Abdul Halim, Sabtu (7/1/2022).

Seperti halnya hari ini, lanjut Kades Sekapuk, kita kedatangan rombongan tamu dari Desa Semenkidul Kecamatan Sukosewu Kabupaten Bojonegoro, dengan jumlah peserta 56 orang mulai dari ketua RT/RW, BPD, PKK dan perwakilan BUMDes serta Karang Taruna.
“Yang menjadi konsen diskusi bagaimana caranya membaca potensi desa dan membangun SDM unggul untuk pembangunan berkelanjutan didesa dengan terwujudnya peningkatan PADes. Alhamdulillah setelah acara diskusi, rombongan melanjutkan studi lapangan di wisata Setigi guna melihat langsung pasar kulinernya sekaligus bisa dialog langsung dengan pekerja wisata dan UKM,” terang Begawan Setigi, sapaan akrab Abdul Halim.

Abdul Halim, mengaku, jika perkembangan wisata di Sekapuk sangat pesat dikenal tidak hanya di wilayah sekitar saja namun sudah nasional, terbukti agrowisata KPI tanggal 20 Januari 2023 akan mendapatkan Award penghargaan dari wisata yang rekomended di terima di Jakarta.
“Dan sudah di kunjungi dari berbagai daerah hingga luar jawa, diantaranya dari Sulawesi dan Kalimantan sudah mendatangi KPI dengan study banding. Dengan adanya wisata KPI dibuka tentu disitu ada lapangan kerja baru, sehingga bisa membantu sekitar 30-40 karyawan yang dulunya ndak punya pekerjaan dan sekarang bisa kerja yang tentunya dapat membantu keluarganya, mengingat rekrutmen karyawan yang ada di wisata dan BumDes adalah bertujuan untuk pemerataan ekonomi yang beda KK dengan harapan setiap sebulan sekali menerima gaji semisal 300 juta perbulannya bisa disebar secara merata untuk pemerataan ekonomi yang ada di masyarakat Sekapuk,
Menariknya, tambah Halim, dalam kondisi pandemi bisa membangun KPI dan tidak berhenti berinovasi meskipun prestasi dengan bukti terbangunnya wisata Setigi, meskipun pihak Pemdes Sekapuk sudah punya wisata Setigi tidak mudah puas dan gampang berhenti berinovasi, akan tetapi akan selalu menggali potensi yang ada di desa. Terbukti dengan di bangunnya agrowisata KPI, dan disitu untuk menyadarkan masyarakat pentingnya pangan lokal desa, pangan aman, bisa kita edukasi disana.
“Kemudian penting juga terkait dengan pemerataan nilai harga tanah yang dulunya sebelum ada KPI harga per meternya 125-130 ribu, kini setelah adanya KPI sekarang naik di angka 500-600 ribu itu belum tentu dilepas pemiliknya. Ini menjadi sesuatu yang positif terkait dengan peningkatan dampak positif yang ada di masyarakat dan desa,” ungkap penggagas wisata alam Setigi dan Kebun Pak Inggih ini. (bah)





