Pancarkan.com
Peristiwa

Tradisi Menangkap Ikan Dengan Jaring Tarik di Pantai Blado

Nelayan menarik jaring di pantai Blado

Trenggalek, Pancarkan.com-Pantai Blado yang berada di sisi selatan pulau Jawa tepatnya berada di Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek adalah lokasi destinasi yang memiliki potensi wisata dengan keindahan pantainya serta tradisi nelayannya. Dimana  nelayan setempat selain menggunakan perahu dalam mencari ikan ditengah laut mereka juga memiliki tradisi yang unik, yaitu menangkap ikan dengan alat tradisional (jaring tarik) yang dilakukan dengan cara menariknya bersama sama setelah jaring ditebar ditengah lautan.

Hal tersebut yang menjadikan para wisatawan baik lokal maupun dari luar daerah merasa tertegun melihat para nelayan tersebut, semangat kekompakan dan kebersamaan bisa menjadi sebuah pelajaran yaitu bekerjasama dalam mencapai satu tujuan. Tradisi tersebut merupakan salah satu dalam menjaga nilai-nilai kearifan lokal, dengan tetap menjaga lingkungan sekitar agar pantai tetap tampak elok dan lestari.

Alat penangkap ikan tradisional (jaring tarik) yang satu ini memiliki panjang mencapai 100 meter bahkan bisa lebih, sementara cara penggunaannya yaitu ditebar dan kemudian ditarik dengan secara manual dalam dua sisi di pinggir pantai. Adapun pada satu sisi untuk menarik jaring tersebut dibutuhkan kurang lebih sebanyak 20 orang sehingga dalam satu jaring membutuhkan 40 orang. Pasalnya, mereka tampak semangat memegang tali tampar bersama sama walaupun tanpa adanya komando atau aba aba untuk menariknya, namun sedikit demi sedikit tali tampar yang ada tengah laut digulungnya, yang mana pada tali tampar tersebut ujungnya terdapat sebuah jaring.

Saat ditanya terkait waktu yang dibutuhkan, salah satu nelayan mengatakan membutuhkan waktu kuranglebih empat sampai lima jam hingga jaring mencapai bibir pantai, sedangkan untuk hasil ikan yang terjaring tidak dapat dipastikan seberapa banyaknya. Kendati demikian yang patut di apresiasi adalah kerja keras serta semangat para nelayan tersebut saat menarik jaring.

“Dalam menarik jaring ini kita membutuhkan waktu kurang lebih empat jaman dan hasilnya belum tau mas, yang jelas kita tetap semangat dan berdoa semoga usaha ini tetap membuahkan hasil,” ucap salah salah satu penarik jaring.

Mukib warga Mijen Kecamatan Munjungan memperbaiki jaring yang rusak

Sementara disisi lain, seorang pengrajin jaring yang merupakan warga asli di Kecamatan Munjungan itu mengaku jika saat ini dirinya hanya bekerja sebagai seorang pengrajin jaring dan sudah menekuni profesinya selama puluhan tahun. Hal tersebut dibuktikannya saat sedang memperbaiki jaring nelayan yang diduga sudah aus, yaitu dengan menyulam kembali lubang dan menganti tali atau senar nilon pada jaring  tersebut.

“Saya hanya memperbaiki jaring yang amoh (usang) milik nelayan. Untuk panjang jaring tarik ini bisa mencapai 100 meter, namun ndak semua diganti hanya sebagian saja yang sudah terlihat kusam atau robek,” ujar Mukib (70) warga Desa Mijen, Minggu (27/3/2022).

Laki laki yang dulunya juga berprofesi pencari ikan itu juga menuturkan, jika semasa mudanya ia bekerja sebagai nelayan pencari ikan di tengah laut dengan menggunakan perahu motor bersama rekan rekan sebayanya, yang kini menurutnya juga banyak yang sudah turun dari aktifitas tersebut karena usia.

“Saya dulu juga menjaring ikan ditengah laut dengan menggunakan perahu motor waktu masih muda bersama teman teman yang saat ini mereka juga sudah banyak yang lanjut usia, karena keterbatasan usia maka kini saya hanya bisa memperbaiki jaring nelayan yang sudah rusak atau kusam,” jelas sosok yang namanya banyak dikenal oleh masyarakat nelayan, baik Munjungan maupun di luar wilayah.

Pantai Blado yang lokasinya di kelilingi perbukitan dan diapit oleh tebing dengan pepohonan rindang itu terlihat sangat natural dan alami. Namun, akses menuju ke wilayah Kec. Munjungan hingga saat ini juga masih tergolong ekstrim meskipun tetap dapat ditempuh, jika wisatawan dari luar kota atau kabupaten lain yang menggunakan kendaraan (mobil) pribadi diimbau untuk memakai (ganti) Sopir warga setempat jika menuju lokasi itu dikarenakan jalur atau medan jalan tersebut melewati gunung atau bukit dengan waktu tempuh sekitar 2-3 jam dari jalan raya.

Wisatawan asal Surabaya menikmati suasana pantai Blado

Salah satu wisatawan lokal dari Kota Surabaya, ditemui Pancarkan.com mengatakan, jika pihaknya sudah dua kali mengunjungi pantai Blado dan juga pantai pantai lain di wilayah Munjungan ini bersama dengan rombongan. Ia mengaku tidak ada kata bosan untuk berkunjung di lokasi tersebut dengan keindahan alamnya serta keunikan tradisi nelayannya.

“Kami bersama rombongan sudah dua kali datang ke pantai Blado dan pantai pantai lainnya yang ada di wilayah Munjungan, dan kami tetap merasa senang meskipun akses menuju daerah ini sangat ekstrim dengan medan jalannya yang naik gunung dikelilingi jurang dan tebing. Yang terpenting menurut kami menggunakan sopir orang sini saat melintasi jalan tersebut, karena mereka sudah hafal dengan medan jalannya,” terang Dewi, warga Pondok Benowo Indah Surabaya.

Terlebih lagi, lanjut Dewi, saat ini ada nelayan yang sedang beraktifitas mencari ikan menggunakan alat tradisional yaitu menarik jaring, sehingga benar benar masih terlihat alami dibarengi dengan suasana lokasi yang tenang dan suara ombak laut selatan yang tergolong besar dan bergemuruh.

Tampak beberapa orang rombongan pelancong dari Surabaya tersebut membantu menarik jaring bersama para nelayan itu, terlihat satu kebahagiaan tersendiridari raut wajah mereka saat memegang tali tampar dan menariknya. Canda tawa serta keceriaan mereka tunjukkan meskipun tanpa mereka sadari keringat mengucur dari wajah dan tubuhnya,

“Waduh ternyata berat menarik jaring ini, namun semangat bapak bapak nelayan itu sangat tinggi untuk mencari nafkah buat keluarga. Hal tersebut patut mendapat apresiasi yang tinggi, yang kami salutkan adalah kekompakan dan rasa kebersamaan mereka untuk berusaha agar jaring yang ada di tengah laut itu bisa segera ke pinggir dan ikan hasil tangkapannya banyak,” ucap Nur Azizah, perempuan asal Malang yang juga tinggal di Surabaya itu.

Pantai Blado tersebut dirasa bisa menjadi destinasi wisata bagi wisatawan yang menyukai tantangan saat hendak menuju ke daerah Kecamatan Munjungan.  Pasalnya, untuk sampai ke lokasi wisatawan harus melewati akses jalan pegunungan menggunakan kendaraan dengan tantangan naik turun bukit dan jalan belokan dengan waktu kurang lebih dua jam.

Perlu diketahui, wilayah Munjungan selain alamnya yang sejuk dengan dikelilingi pegunungan wisata bernuansa pantai banyak terdapat disana serta wisata air terjun. Saat ini pemerintah telah berupaya membuat jalur JLS (jalur lintas selatan) yang saat ini sudah menembus ke wilayah munjungan, melalui jalur tersebut kemungkinan akan mudah untuk dapat ditempuh.

Masyarakat di wilayah Munjungan berprofesi sebagai nelayan dan petani, selain sawah ada banyak masyarakat menanam pohon Cengkeh didaerah tersebut, untuk tanaman buah buahan juga terdapat di area itu diantaranya Durian, Pisang, dan Kelapa. Sementara untuk pohon cengkeh banyak terdapat diatas pegunungan atau bukit bukit, ketika waktu musim panen cengkeh tiba pemilik pohon yang juga sebagai nelayan akan berhenti melaut sementara hingga pemanenan cengkeh selesai.

Penulis: Bachtiar

Related posts

Komunitas Jeeper se-Jatim Baksos di Situbondo

redaksi

Brigjen TNI Terry Tresna dan Ketua Persit KCK Koorcab Rem 084 Panen Sayuran

Dilempar Penghapus Guru, Siswa MI NU Salafiyah Sempu Robek Dahinya

redaksi