Pancarkan.com
Ekonomi

Petani Tembakau di Ponorogo Berharap Ada Kenaikan Harga

Petani tembakau Ponorogo sedang memanen

Ponorogo, Pancarkan.com -Petani di wilayah Desa Dadapan, Purworejo, Sedarat dan Desa Tatung di Kecamatan Balong dan petani di Desa Bedi Wetan, Bedi Kulon dan Desa Bancar dari Kecamatan Bungkal serta petani di Desa Tulung Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo mulai memasuki panen tembakau.

Namun, harga tembakau  pada musim panen tahun ini masih dalam kisaran angka yang sama dalam empat tahun terakhir.

Tingginya harga tembakau, disamping disebabkan karena kualitas, juga disebabkan karena adanya pembatasan permintaan dari perusahaan rokok pada saat panen raya. Dalam beberapa pekan terakhir, harga tembakau rajangan kering di tingkat petani masih stabil dengan tahun – tahun sebelumnya.

Harga tembakau rajangan kualitas bagus mencapai antara Rp 27-38 ribu per kilogram. Sedangkan tembakau berkualitas lebih rendah, harganya berkisar antara Rp 22 ribu hingga Rp 27 ribu per kg.

“Semakin berkualitas, semakin bagus. Di tingkat petani, harga tembakau rajangan mencapai Rp 27-38 ribu perkg, dan harga ini masih stabil seperti tahun – tahun sebelumnya. Padahal tahun ini kualitas tembakau sangat bagus karena cuaca mendukung minimnya curah hujan, harapan kita ada kenaikan harga,” kata Rudi Sugiarto yang kebetulan juga Kepala Desa Tatung ini.

Rudi yang mengaku memiliki lahan kebun tembakau kurang lebih seluas 50 hektar ini juga sangat berharap ada kenaikan harga. Dengan alasan biaya operasional juga naik.

“Ya jelas pengin ada kenaikan harga dengan naiknya biaya operasional,” lantangnya.

Harapan kenaikan harga ini juga diharapkan petani tembakau, Adi dari Desa Tulung Kecamatan Sampung. Ia mengaku sejak empat tahun terakir harga stabil.

“Untuk harga tembakau rajangan kering yang jenis Virgin ini untuk harga tertinggi 36500 dengan grade SSP, tetapi aku yo belum mengalaminya dengan harga  36.500 perkilo nya, paling aku ngalami makimal grade s1 atau s2, kadang dapat p1 p2 p3 dan kadang harga paking terjelek atau terendah di f1,f2 f3 dalam kisaran 20 ribu rupiah perkilo dan mandegnya harga segitu ini sejak 4 tahun terakhir. Dan kita ya ngeluh minta harga naik lah karena saprodi kan naik semua,” harap Adi.

Sukardi warga Desa Besi Wetan ketika di mintai keterangan terkait tanaman tembakaunya ia berharap harga naik juga.

“Untuk kemarau tahun ini ya masih banyak mas tembakau di Bedi Wetan dan bagus -bagus sementa di saat ini serta sudah mulai panen mas ini terkait harga tembakau  kering rata- rata 27 – 28 ribu rupiah per kilo dan masih sama tahun kemarin,

Kalau harga daun basah dari sawah  2 ribu mas,” kata pensiunan TNI ini.

Sementara Kasi Produksi di Bidang Perkebunan dari Dinas Pertanian dan Perikanan Peternakan Kabupaten Ponorogo, M Tunggul Swastiko kepada wartawan membenarkan adanya harga yang stabil dari tahun -tahun sebelumnya.

Menurutnya untuk petani atau kelompok petani tembakau di Ponorogo masih bermitra dengan satu perusahaan. Jadi relatip stabil belum ada perang harga karena hanya satu perusahaa itu mitranya.

“Memang benar harga tembakau di Ponorogo ini masih stabil, antara 22 ribu – 36 ribu dan itu karena petani kita bermitra dengan perusahaan sampoerna dengan jenia tembakau Virgin, untuk menyikapi itu petani harus pandai menjualnya rajangan kering jangan jual basah, tapi ada sisi lain yang menjual basah itu karena terkendala papan dan media jemur, dan memang yang tergolong kualitasnya bagus itu untuk ponorogo yang jenis Virgin dari Desa Tatung, Purworejo dan Sedarat,” tegas Tunggul.

Masih menurut Tunggul, sapaan Kasi Produksi  Bidang Perkebunan ini untuk Ponorogo sendiri ditahun ini lahan perkebunan tembakau mencapai 1000 hektar.

“Di Ponorogo ditahun ini masih mencapai 1000 hektar luas perkebunan tembakau, dan itu terbagi dua yaitu tembakau Virgin dan tembakau Jawa, seperti desa Kaponan (Kec. Mlarak) dan Desa Biting serta Desa Watu Bonang itu didominasi tembakau Jawa, mereka belum mau berganti tanam Virgin karena sudah turun temurun tanam tembakau Jawa yang dijual dipasaran secara tampangan untuk lintingan itu, yang disinyalir oleh petani tembakau dari Kaponan lebih mahal harganya,” ujarnya.

“Kami sangat berharap kepada petani agar lebih bisa mengatur dalam artian karena permintaan tembakau berkurang karena ada pembatasan perusahaan rokok, maka jangan terlalu ambisi menambah secara kwantitas tapi jaga kualitas, dan insyalloh tahun depan kita akan gelar panen raya tembakau mas untuk merangsang perusahaan lain masuk Ponorogo dan menjaga harga tembakau,” pungkas Tunggul.*

Reporter Kamaludin

Related posts

Program Jum’at Berkah, Pegadaian Kanwil XII Bagikan Ribuan Makanan Siap Saji Kepada Masyarakat

Global Media: Pembawa Acara dari 4 Negara Eksplorasi Budaya Taiwan

Pengurus JMSI Jatim Kunjungi RSUD Dr Soetomo, Begini Pesan Dirutnya

redaksipancarkan